Kisah
ini bermula dari suatu perlombaan balap mobil yang diikuti oleh 3 orang peserta
dengan berbagai karakter. Mereka telah bersiap di garis start dengan gayanya
masing-masing dan penuh optimistis untuk meraih kemenangan serta menjadi
pemenang dalam perlombaan ini.
Begitu suara tembakan
dilepaskan, ke tiga pengemudi dengan cepat memacu mobilnya. Pertandingan
berlangsung begitu menegangkan dimana ketiga jarak mobil yang dikemudikan tak
begitu jauh. Enam putaran berlangsung posisi ke tiga mobil itu masih sama,
dimana mobil kedua memimpin perlombaan dan mobil pertama menjadi juru kunci
dalam perlombaan.
Namun saat putaran ke
tujuh, jarak masing-masing mobil begitu jauh. Pengemudi mobil ke dua mulai
sesekali mengintip spion kanan mobilnya melirik posisi ke dua lawannya. “aman,
posisiku aman. Aku tak butuh banyak tenaga untuk mencapai garis finish” katanya
dalam hati seraya tersenyum simpul. Berbeda dengan pengemudi mobil ketiga yang
pandangannya mulai tak focus, disaat dia menatap ke depan melihat mobil kedua, dia
memacu mobilnya dengan cepat dan focus pada visinya untuk menjadi the winner
tetapi saat dia melirik ke belakang melihat mobil pertama yang berada jauh
dibelakangnya, dia mengemudikan mobilnya dengan santai dan mobilnya hampir
keluar dari arena balapan. Sedangkan pengemudi mobil pertama, dia tak peduli
siapa yang ada di depan maupun dibelakangnya. Yang ada di benaknya hanyalah
bagaimana dia bisa focus mengemudikan mobilnya serta mencapai garis finish
untuk menjadi the winner.
Kondisi psikologis
ketiga pengemudi itu ternyata berdampak pada perlombaan yang sedang diikutinya.
Pengemudi mobil ketiga dan kedua mulai kehilangan konsentrasinya sehingga jarak
ke dua mobil itu mulai berdekatan dan hampir terjadi tabrakan di setiap sisi
tikungan. Keadaan ini ternyata mampu dimanfaatkan dengan baik oleh pengemudi
mobil pertama yang terus memacu mobilnya dengan penuh konsentrasi sehingga dia
mampu menyalip ke dua mobil yang ada didepannya dengan mudah di saat-saat
mendekati garis finish. Akhirnya mobil pertama berhasil menjadi the winner
dalam perlombaan itu meskipun pada mulanya posisinya berada paling belakang.
Hikmah yang dapat
kita ambil:
Untuk mencapai suatu
impian dimasa yang akan datang, seharusnya kita tak pernah melihat masa lalu
yang baik ataupun buruk, yang menyenangkan ataupun yang mengecewakan. Karena
semuai itu bisa menjadi salah satu penyebab mengapa kita mengulangi kesalahan
yang sama dan mengalami kegagalan di masa depan. Kita boleh melihat masa lalu
tapi hanya sekali yaitu sebagai pembelajaran di masa depan bukan sebagai acuan
utama ataupun suatu hal yang hanya akan membuat kita lengah, malas, tetap pada
saat itu dan terus menerus menyesali yang terjadi. Peribahasa mengatakan yang
lalu biarlah berlalu, kini saatnya kita bangkit dan menata dengan baik masa
yang sedang kita jalani agar apa yang diimpikan bisa terwujud dimasa yang akan
datang. Hidup tak akan pernah berjalan mudur jadi tatap dan pandanglah masa
depan diri kita.
“jangan terus menerus
melihat masa lalu ataupun memandangnya sekilas dengan intensitas yang terlalu
sering. Karena jika kita terus memandang masa lalu, kita tidak akan maju di
masa depan karena kita akan terus menyesali kejadian yang pernah terjadi tanpa
menatap focus masa depan yang sedang kita jalani. Masa depan jauh lebih penting
dari masa lalu jadi tidak lah berguna kita terus merenungi hal yang telah lalu,
kita boleh menggunakan masa lalu hanya untuk sekedar pembelajaran bukan
penyesalan”
Comments
Post a Comment