Mobil Pajero sport berwarna putih melaju di tengah jalanan yang
ramai kendaraan bermotor. Seperti biasa suasana jalanan ibukota selalu padat
oleh kendaraan yang berlalu lalang di jam-jam pulang kantor. Hari semakin sore,
langit sedikit mendung, matahari mulai menuju tempat peraduannya. Ke dua kakak
beradik sedang asyik mengobrol dalam mobil memecahkan kebosanan berada dalam
kemacetan.
“ehm..ehem...diem
aja dari tadi? sekali-kali santai donk jadi orang jangan serius mulu, ntar
cepet keriput tuh muka” ledek Marcel melihat kakaknya yang mengendarai mobil
tanpa obrolan sedikitpun.
“halah apaan
lu? hobi banget ngata-ngatain kakak lu sendiri” kata Vidi mulai sewot menoleh
adiknya yang duduk disamping kemudi.
“by the way,
gue heran kenapa lu selalu inget-inget masa lalu itu, emangnya masih ngarepin
Salsa balik kepangkuan lu?” tanya Marcel seraya mengecilkan volume musik pop
rock yang mengalun menemani perjalanan mereka.
“apa?
ngarepin dia balik? ogah banget, gue udah cinta setengah mati sama Naura cewek
yang selalu ada buat gue” senyum sinis terpancar dari raut wajahnya.
“kalo gitu
ngapain lu masih ambisius gitu, bukankah hampir semua keinginan udah lu
dapetin. Nggak capek lu bikin Naura sering tersakiti” saran Marcel menoleh ke
arah kakaknya yang sibuk mengemudi.
“hidup harus
punya ambisi nggak kayak lu hidupnya tanpa kepastian, lagian Naura ngertiin gue
kok”
“gue nggak
yakin dia bakalan terus ngertiin lu” ucapnya sinis menatap wajah kakaknya di
kaca spion mobil.
Suasana kembali
hening hanya terdengar lantunan lagu dari audio video mobilnya. Ke dua kakak
beradik itu tenggelam dalam pikiran masing-masing. Pikiran yang tak bisa
ditebak satu sama lain.
Vidian masih
mengendarai mobil, ke dua mata fokus mengamati jalan yang dilaluinya sembari
mencoba mencerna omongan adiknya. Dia sadar memang sering sekali dia membuat
kekasih yang sudah Empat tahun menemani perjalanan kariernya merasa tersakiti.
Dia sering membuat Naura cemburu karna kedekatannya dengan client-clien wanita
bahkan tak punya waktu karna kesibukan bisnis. Meski demikian Naura tak pernah
meninggalkannya, marah-marahpun hanya sehari dua hari saja. Dia memang sosok
wanita yang penuh pengertian dan penyabar.
“terima kasih Tuhan, engkau telah mengirim
bidadari dari langit untuk menyelamatkan hidupku dari kehancuran
cinta...Naura...oh Naura” katanya dalam hati sambil senyum-senyum sendiri
membayangkan wajah Naura nan cantik jelita.
Karena itulah
Vidian tak mampu berpaling ke wanita lain, baginya Naura benar-benar sosok yang
bisa melengkapi hidup. Dialah inspirasi, semangat dan salah satu alasan kenapa
dirinya harus terus sukses. Tak jarang dia membuat kejutan-kejutan manis,
romantis dan tak terduga demi menghibur kekasihnya yang bad mood akan sikapnya.
Sebaliknya,
Marcel berpikir keras dalam diam dengan kaki dan tangan yang bergerak-gerak
mengikuti irama lagu. Kecintaan pada musik membuat tubuhnya secara reflek
bergerak sendiri apabila mendengar lantunan musik. Dia merasa heran dengan
sikap ambisius yang tak pernah lenyap dalam diri Vidian meski keinginannya
sudah tercapai. Dia memikirkan kilas balik perjalanan kakaknya sebelum berada
pada posisi seperti sekarang ini.
Kalau dipikir-pikir dengan akal sehat,
kakaknya memang sudah mendapatkan segalanya. Bahkan khalayak umum sudah
menobatkannya sebagai salah satu pengusaha muda berbakat. Terbukti dengan
adanya wawancara ekslusif dari salah satu stasiun televisi swasta yang
mengangkat dirinya dalam acara “Be The
Next Entrepreneur”.
Tak hanya itu, namanya sering di muat
dalam surat kabar harian lokal tentang bisnis tingkat provinsi maupun nasional.
Namanya sudah besar di usianya yang masih muda sekali yakni 25 tahun. Di saat
masih menjadi mahasiswa semester tujuh fakultas ekonomi, kakaknya sudah mampu
mendirikan satu kedai coffee di Yogyakarta tempatnya meniti ilmu. Bisnisnya
mendapat respon positif dari masyarakat dari berbagai segi usia dari remaja
hingga lansia terutama dalam kalangan menengah ke atas.
Kedai coffe bernama “Coffeeinme” dalam satu tahun berkembang
pesat, namanya tak lagi asing di telinga orang-orang dan menjadi tempat santai
favorit anak SMA, mahasiswa, pebisnis maupun para pekerja. Tak heran hingga dia
lulus kuliah, bisnisnya masih berdiri kokoh. Di kota itu sendiri, dirinya sudah
mampu mendirikan dua kedai dalam kurun waktu satu setengah tahun dan
dipercayakan pada salah satu teman kuliahnya yang sudah bekerja lama dengannya.
Selepas meninggalkan kota pelajar
serta mempercayakan bisnisnya pada temannya, dia pergi ke Jakarta untuk
mendirikan cabang terbaru kedai coffee. Sudah lama dia melakukan survey tempat
dan mempersiapkan segalanya dengan pemikiran matang. Nama “Coffeeinme” yang sudah terkenal di Yogyakarta membawa efek positif
bagi bisnisnya. Dalam kurun waktu tiga tahun saja dia sudah memiliki empat kedai coffee di Yogyakarta, dua kedai
coffee di Purwokerto dan enam kedai coffee di Jakarta.
Kesuksesannya dalam berbisnis yang
omsetnya puluhan jutaan rupiah setiap bulan membuatnya memiliki rumah mewah,
sawah ladang, menyekolahkan dirinya di
perguruan tinggi ternama, membelikannya sepeda motor keren sampai tiga buah
mobil keren lainnya. Semua impian kakaknya hampir sempurna digenggam dalam usia
yang masih tergolong muda. Walau demikian, dirinya merasa kasian dengan
kehidupan Vidian yang penuh ambisi tiada henti. Dia sangat berharap kakaknya
kembali menjadi sosok seperti dahulu kala sebelum peristiwa patah hati
menerpanya.
“Tuhan...hamba
mohon hilangkan sikap ambisius yang sudah kelewat batas wajar dari diri kakak
hamba. Aamiin” doanya dalam hati melirik ke arah kakaknya.
JJJ
Shift malam kali ini terasa begitu
melelahkan untuk Naura, tenaganya serasa terkuras tanpa waktu istirahat cukup.
Setelah melakukan rapat internal dengan para dokter di rumah sakit tempatnya
bekerja, kini dia harus kembali fokus menjalankan tugas sebagai seorang dokter
spesialis anak.
Dia melangkah memasuki ruang kerja
untuk merapikan pakaian serta mengambil beberapa berkas penting pasiennya. Tak
lupa dia mengambil peralatan yang dirasa perlu seperti stetoskop. Dia harus
memeriksa kondisi beberapa pasien yang ditanganinya di rumah sakit tersebut.
Rasa penatnya hilang begitu saja ketika dia mengingat jikalau malam ini Vidian
akan datang mengunjunginya. Entah mengapa setiap dia mengingat Vidian, energi
positif selalu menghampiri tiba-tiba.
Saat itu dia berharap denting waktu
lekas berlalu membawanya ke dalam pertemuan indah. Baru dua minggu dirinya tak
berjumpa dengan kekasih yang selalu disibukkan dengan bisnis, dia sudah
merasakan rindu berat. Baginya mendengar suara via telephone hingga chatting
lewat berbagai media sosial tak mampu meredam semua rindunya.
Memang tak seharusnya dia selalu
merasakan rasa rindu ini karna hal-hal semacam itu terlalu sering dialaminya
semenjak bisnis kekasih pujaan hati terus mengalami kemajuan. Dia memang tak
heran atas kesuksesan yang direngkuh kekasihnya saat ini. Dia tahu benar
kekasihnya adalah pekerja keras, tekun, pintar, ulet dan penuh ambisi dalam
mengerjakan segala sesuatu. Terlalu sering olehnya ditinggal pergi ke luar kota
dan hanya berteman foto, chatting sampai telephone.
Sebenarnya dia juga merasa terluka
dengan semua tingkah dan sifat ambisius kekasihnya. Tingkah maupun sifat Vidian
membuat hubungan mereka terkadang renggang karna kurangnya komunikasi langsung
yang intens. Dia jarang ngedate,
jalan atau berlibur bersama seperti saat mereka duduk di bangku kuliah.
Semenjak lulus kuliah, Vidian terlihat mulai antusias menggeluti bisnis
sehingga perhatiannya berkurang.
Seperti waktu-waktu sekarang, saat
mereka berdua ada dalam satu kota misalnya sosok Vidian jarang menemuinya.
Sekalinya bertemu hanya dalam hitungan menit atau jam saja, itupun mulai jarang
terjadi. Terkadang kekasihnya sangat sulit ditemui, berada disampingnya saat
dia merasa butuh. Namun, tetap saja dia merasakan hal berbeda setiap kekasihnya
pergi ke luar kota. Baginya keberadaan Vidian di luar kota membuatnya merasa
kehilangan dan rasa takut tak bisa berjumpa lagi selalu menyelimuti
hari-harinya.
Meski begitu, dia tak pernah menyimpan
marah berlarut larut atau bersifat labil. Dia selalu memahami pekerjaan
kekasihnya dengan lapang dada dan penuh kesabaran. Dia sangat mencintai Vidian,
seorang yang lebih dewasa satu tahun dari dirinya.
Suara ketukan pintu disusul munculnya
dua orang perawat membuat dia tersadar dari lamunannya. Dia bergegas keluar
menuju ruang perawatan berasa ke dua perawat tersebut dan terlupa tidak membawa
smartphone di jas dokternya. Satu per satu pasien ditanganinya dengan baik
penuh kasih sayang. Sesekali dia harus menghibur pasien yang mulai bosan berada
di rumah sakit ataupun mengajak mereka bercanda sejenak. Tak heran jika dirinya
begitu disukai banyak pasien anak-anak dan menjadi dokter muda teladan disitu.
Jam tangan menunjukkan pukul 20.55
WIB, lima menit lagi dia seharusnya dia menemui
Vidian di taman rumah sakit. Dia mulai merasa bimbang, masih ada
beberapa pasien yang harus ditangani. Disisi lain, dia sudah sepakat bertemu
dengan Vidian tepat waktu.
“dok...kenapa melamun?” tanya salah
seorang perawat disampingnya terlihat bingung memandang dokter Naura yang
tiba-tiba diam.
“nggak kenapa-kenapa...mari kita
lanjutkan lagi pekerjaan ini” Jawabnya tergagap menoleh ke arah perawat itu.
Tangannya mencoba mencari-cari sesuatu
dibalik saku jas seragam putih yang dikenakan sebelum dia teringat sudah
meninggalkan smartphone di meja kerja karna terburu-buru. Dia kembali
melanjutkan pekerjaannya dan melupakan sesaat pertemuan dengan Vidian demi
profesionalitas kerja. Ada rasa bersalah dalam hati kecilnya telah ingkar janji
pada kekasihnya.
JJJ
Comments
Post a Comment